Makalah ANTROPOLOGI ETNOGRAFI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suku bangsa merupakan golongan
sosial yang ada di masyarakat yang digunakan sebagai pembeda suatu golongan
satu dengan golongan yang lainnya.
Golongan ini umumnya mempunyai ciri
khasnya tersendiri yang dapat digunakan untuk membedakan golongannya diantara
golongan lainnya yang berdasarkan kepada tempat dan asal usulnya serta
kebudayaannya.
Suku bangsa juga dapat berarti suatu
golongan manusia yang secara sadar telah terikat dengan identitas pada kesatuan
kebudayaan. Suku bangsa ialah penggabungan sosial yang terbedakan berdasar
golongan-golongan sosial lain di karenakan memiliki ciri mendasar dari hubungan
asal usul dan tempat tinggal dan juga budaya yang ada di daerhanya.
Salah satu suku yang terdapat di indonesia
adalah suku batak.sedangkan suku batak itu sendiri adalah nama
sebuah suku di Indonesia. Suku tersebut kebanyakan bermukim di Sumatra Utara
& terkenal dengan etos kerjanya yang kuat.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Sebutkan sub
suku batak yang mendiami wilayah Sumatra Utara dan Aceh Tenggara ?
1.2.2
Sebutkan 7 unsur kebudayaan suku batak ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Ingin mengetahui sub suku batak yang mendiami wilayah Sumatra Utara dan Aceh
Tenggara ?
1.3.2
Ingin mengetahui 7 unsur kebudayaan suku batak ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Wilayah Sub Suku Batak
2.1.1 karo
yang mendiami
suku daerah induk yang meliputi dataran tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu,
Serdang Hulu, dan sebagian dari Hairi.
2.1.2
Simalungun
yang mendiami daerah induk Simalungun.
2.1.3 Pakpak
yang mendiami daerah induk Dairi.
2.1.4 Toba
yang mendiami daerah induk yang meliputi
daerah tepi Danau Toba, daerah Asahan, Silindung, daerah antara Sirabus dan
Sibolga,serta daerah Pegunungan Pahae dan Habinsaran.
2.1.5
Angkola
yang mendiami
daerah induk Angkola dan Sipirok, sebagian
daerah Sibolga dan Batang Toru, dan bagian utara dari Padang Lawas.
2.1.6
Mandailing
yang mendiami daerah induk Mandailing, Ulu, Pakatan,dan bagian
Selatan dari Padang Lawas.
2.2
7 Unsur Kebudayaan Suku Batak
2.2.1
Sistem mata pencaharian
Mata
pencaharian utama orang Batak adalah bercocok tanam padi disawah dengan
irigasi. Ada pula yang masih bercocok tanam di ladang dalam hutan yang dibuka
dengan cara menebang dan membakar (biasanya,dilakukan oleh orang Karo,
Simalungun, dan Pakpak).
Alat-alat utama dalam bercocok tanam adalah
cangkul, bajak (dalam bahasa Karo: tenggala), dan tongkat tugal (dalam
bahasa Karo: engkol). Biasanya,
bajak ditarik oleh kerbau atau kadang-kadang oleh sapi. Umumnya,orang
Batak memotong padi dengan sabit (sabi-sabi) meskipun ada juga yang
menggunakan ani-ani.
Sistem teknologi Suku Batak yang
terlihat jelas adalah adanya konsep huta. Hal itu merupakan mekanisme
pertahanan terhadap masyarakat suatu kampung bila berkecamuk peperangan. Rumah
adat orang Batak yang juga berada dalam suatu huta di daerah pedesaan juga
merupakan contoh sistem teknologi yang mereka ciptakan. Teknologi
tradisional juga diaplikasikan dalam bidang persenjataan. Masyarakat Batak
memiliki berbagai senjata tradisional seperti hujur (semacam tombak), piso
surit (semacam belati), piso gajah dompak (keris panjang), dan podang (pedang
panjang).
Di bidang penenunan pun teknologi tradisional suku Batak sudah cukup maju. Mereka memiliki kain tenunan yang multifungsi dalam kehidupan adat dan budaya suku Batak, yang disebut kain ulos.Konsep Marga dalam Suku Bangsa Batak.Dalam "Kamus Besar Bahasa Indonesia", kata 'marga' merupakan istilah antropologi yang bermakna 'kelompok kekerabatan yang eksogam dan unilinear, baik secara matrilineal maupun patrilineal' atau 'bagian daerah (sekumpulan dusun) yang agak luas (di Sumatra Selatan).
Marga adalah identitasnya suku Batak. Marga diletakkan sebagai nama belakang seseorang, seperti nama keluarga. Dari marga inilah kita dapat mengidentifikasi bahwa seseorang adalah benar orang Batak.
Di bidang penenunan pun teknologi tradisional suku Batak sudah cukup maju. Mereka memiliki kain tenunan yang multifungsi dalam kehidupan adat dan budaya suku Batak, yang disebut kain ulos.Konsep Marga dalam Suku Bangsa Batak.Dalam "Kamus Besar Bahasa Indonesia", kata 'marga' merupakan istilah antropologi yang bermakna 'kelompok kekerabatan yang eksogam dan unilinear, baik secara matrilineal maupun patrilineal' atau 'bagian daerah (sekumpulan dusun) yang agak luas (di Sumatra Selatan).
Marga adalah identitasnya suku Batak. Marga diletakkan sebagai nama belakang seseorang, seperti nama keluarga. Dari marga inilah kita dapat mengidentifikasi bahwa seseorang adalah benar orang Batak.
2.2.2 Kesenian
Seni pada masyarakat
Batak umumnya meliputi, seni sastra, seni musik, seni tari, seni bangunan, seni
patung, dan seni kerajinan tangan. Terdapat beberapa seni masyarakat
Batak, antara lain:
2.2.2.1 Margondang
Upacara margondang diadakan
untuk menyambut kelahiran anak mereka dan sekaligus mengumumkan kepada warga
kampung bahwa dia sudah mempunyai anak. Kata margondang merupakan
bentukan dari kata dasar gondang (gendang) yang mendapat awalan me- atau
ber-. Margondang menyatakan kata kerja yakni bergendang atau memainkan
alat musik gendang. Margondang merupakan suatu kebiasaan masyarakat
Batak yang dilakukan dalam suatu upacara tertentu. Tujuan filosofinya adalah
untuk mengukuhkan muatan religi acara tersebut karena merupakan kebiasaan yang
diwarisi dari leluhur.
2.2.2.2 Seni Tari
(Tor-tor)
Tortor adalah tarian Batak yang selalu diiringi dengan
gondang (gendang). Tortor pada dasarnya adalah ibadat keagamaan
dan bersifat sakral, bukan semata-mata seni. Tortor dan gondang
diadakan apabila upacara penting kehidupan masyarakat Batak,
misalnya melaksanakan horja (kerja adat) antara lain: mengawinkan
anak, martutuaek memandikan atau memberi nama anak), memasuki
rumah baru, mengadakan pesta saring-saring (upacara menggali kerangka
jenazah), pesta bius (mangase Taon); upacara tahunan, dan pesta edangedang
(pesta sukaria).
2.2.2.3
Seni Patung
Dulu,
biasanya para raja-raja memesan patung untuk makam. Kehadiran patung pada suku
Batak diduga sudah ada sejak lama sekali. Menurut sejarahnya patung pada
mulanya dibuat dari tumpukan –tumpukan batu yang berwujudkan nenek moyang
dengan dasar kepercayaan. Tumpukan-tumpukan batu itu dibuat menjadi sakral yang
kepentingannya erat sekali dengan kepentingan kepercayaan masyarakat. Kemudian
tumpukan batu itu berkembang terus dan berubah menjadi sebuah bentuk patung.
Sesuai dengan perkembangannya dari wujud sakral beralih kepada bentuk yang
simbolis memberi rupa wajah manusia atau binatang. Di Tomok, Pulau Samosir,
terdapat jalan setapak kecil yang hanya bisa dilalui pejalan kaki. Bapak
Charles Sidabutar, salah satu keturunan raja yang kini menjaga makam,
menjelaskan bahwa sesuai kepercayaan setempat pada saat itu, jenazah tidak
boleh dimakamkan di tanah, melainkan harus di dalam batu.
2.2.2.4
Kerajinan Tangan (Ulos)
Ulos adalah kain tenun khas
suku Batak. Tak hanya sebatas hasil kerajinan seni budaya saja, kain Ulos pun
sarat dengan arti dan makna. Sebagian besar masyarakat Tapanuli menganggap kain
tenun Ulos adalah perlambang ikatan kasih sayang, lambang kedudukan, dan
lambang komunikasi dalam masyarakat adat Batak.
Oleh karena itu, kain
tenun Ulos selalu digunakan dalam setiap upacara, kegiatan dan berbagai acara
dalam adat Suku Batak. Misalnya, untuk perkawinan, kelahiran anak, punya
rumah baru, sampai acara kematian.
Tiap-tiap kain tenun Ulos yang dihasilkan
memiliki arti dan makna tersendiri, baik bagi pemilik ataupun bagi orang yang
menerimanya. Misalnya saja Ulos Ragidup. Ulos ini adalah kain tenun yang
tertinggi derajatnya. Sebab, pembuatannya sangatlah sulit. Kain tenun ulos
jenis ini terdiri dari tiga bagian, yaitu 2 sisi yang ditenun sekaligus, dan 1
bagian tengah yang ditenun sendiri dengan motif yang rumit. Motif Ulos Ragidup
ini harus terlihat seperti benar-benar lukisan hidup. Karenanya, ulos jenis ini
sering diartikan sebagai ulos yang melambangkan kehidupan dan doa restu untuk
kebahagian dalam kehidupan.Ulos Ragihotang. Ulos ini derajatnya 1 tingkat di
bawah ulos ragidup. Pembuatannya tidak serumit Ulos Ragidup. Namun, Ulos
Ragihotang punya arti dan keistimewaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Ulos
ini pun sering dipakai dalam upacara adat kematian sebagai pembungkus atau
penutup jenazah yang akan dikebumikan. Ulos jenis ini mengartikan bahwa
pekerjaan seseorang di dunia ini telah selesai.
Selain
kedua jenis ulos tersebut, ada satu jenis ulos yang disebut Ulos Sibolang. Ulos
ini digunakan sebagai tanda jasa penghormatan. Biasanya dipakai oleh orangtua
pengantin atau diberikan oleh orangtua pengantin perempuan buat menantunya.
Oleh karena itu, Ulos Sibolang dijadikan sebagai lambang penyambutan anggota
keluarga baru. Ulos Sibolang juga diberikan kepada seorang wanita yang
ditinggal mati suaminya. Ulos ini diberikan sebagai tanda menghormati jasanya
yang telah menjadi istri yang baik, sekaligus sebagai tanda bahwa ia telah
menjadi janda.
2.2.3 Sistem
agama & religi
Ada
beberapa agama yang berkembang di masyarakat Batak. Agama Islam & Kristen
Prostetan masuk ke dalam mayarakat Batak sejak awal abad ke-19. Agama Islam
disebarkan oleh orang Minangkabau sekitar tahun 1810 & dianut oleh
mayoritas orang Batak Selatan (orang Manda iling & Angkola). Agama Kristen
Prostetan disebarkan oleh organisasi Jer-man (RMG) dan banyak dianut oleh
masyarakat yang berada di daerah Toba & Simalungun (Batak Utara).Di samping
telah memeluk agama tertentu, masyarakat Batak juga masih mengenal kepercayaan.
Orang Batak memiliki konsep tentang alam Semestakan yakni alam
5
ini & segala isinya diciptakan oleh Debata
(Ompu ng) Mulajadi na Bolon (dalam bahasa Karo: Dibata Kaci-kaci)
yang dianggap sebagai Mahapencipta. Konsep tentang jiwa, roh, & dunia
akhirat juga masih dipegang oleh
sebagian besar masyarakat Batak,yakni sebagai berikut.
2.2.3.1
Tondi
yakni jiwa atau roh orang itu
sendiri dan sekaligus merupakan kekuatan.
2.2.3.2
Sahala
yakni jiwa atau roh kekuatan yang
dimiliki seseorang. Namun, tidak semua
orang memiliki sahala karena bergantung pada jumlah dan kualitasnya.
2.2.3.3
Begu
yakni tondi-nya orang yang
telah meninggal. Tingkah laku Begu sama seperti tingkah laku manusia. Hanya
kebalikannya, apa yang dilakukan manusia pada siang hari, dilakukan Begu
pada malam hari.
2.2.4
Bahasa
Bahasa Batak sebenarnya merupakan nama
sebuah rumpun bahasa yang berkerabat yang dituturkan di Sumatra Utara.
Bahasa Batak bisa
dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu sebagai berikut.
*Bahasa Batak Utara:
- Bahasa Alas
- Bahasa Karo
* Bahasa Batak Selatan:
- Bahasa Angkola-Mandailing
- Bahasa Pakpak-Dairi
- Bahasa Simalungun
- Bahasa Toba
2.2.5 Sistem
kekerabatan
Perkawinan yang
dianggap ideal dalam masyarakat Batak adalah perkawinan antarorang rimpal (marpariban dalam
bahasa Toba), yaitu antara orang laki-laki & anak perempuan saudara
laki-laki ibunya. Dengan demikian, seorang laki-laki Batak sangat pantang kawin
dengan wanita dari marganya sendiri dan juga dengan anak perempuan dari saudara
perempuan ayahnya. Saat ini, sudah banyak pemuda yang tidak lagi menaati adat
ini.Orang Batak memperhitungkan hubungan keturunan secara patrilineal, yakni
dihitung berdasarkan satu ayah, satu kakek, atau nenek moyang. Perhitungan
hubungan berdasarkan satu ayah disebut sada bapa pada orang Karo dan samma
pada orang Toba. Biasanya, orang Batak Toba, Angkola, dan Mandailing dapat menunjukkan garis hubungan kekerabatan
dengan kaum kerabatnya sampai jauh, yaitu sampai seorang nenek moyang generasi
ke-20, bahkan lebih.
2.2.6
Sistem
kemasyarakatan (organisasi sosial)
Stratifikasi sosial orang Batak
berdasarkan pada empat prinsip, yaitu:
- Perbedaan umur;
- Perbedaan pangkat dan jabatan;
- Perbedaan sifat;
- Status perkawinan;
Kepemimpinan dalam masyarakat Batak Karo
terpisah menurut tiga bidang adat,
kepemimpinan di bidang pemerintahan, & kepeimpinan di bidang keagamaan.
Kepemimpinan di bidang
adat meliputi persoalan-persoalan perkawinan & perceraian, kematian, warisan,
penyelesaian perselisihan, kelahiran anak, & sebagainya. Kepemimpinan di
bidang pemerintahan dipegang oleh seseorang dari keturunan tertua dari merga
taneh. Kepala kuta disebut pengulu, kepala urung disebut raja
urung, & sibayak untuk bagian kerajaan. Pimpinan keagamaan asli
seperti pendeta atau ulama tidak ditemukan pada orang Batak Karo, kemungkinan
disebabkan oleh kekuatan-kekuatan gaib dalam konsepsi orang
Karo yang dipuja tidak
seragam, tetapi berbeda-beda menurut jabu & kepentingan jabu.
2.2.7 Sistem
Pengetahuan
Masyarakat suku
Batak mengenal sistem gotong royong kuno, terutama dalam bidang bercocok tanam.
Gotong royong ini disebut raron oleh orang Batak Karo dan disebut Marsiurupan
oleh orang Batak Toba. Dalam gotong royong kuno ini sekelompok orang (tetangga
atau kerabat dekat) bahu-membahu mengerjakan tanah secara bergiliran.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Suku bangsa juga dapat berarti
suatu golongan manusia yang secara sadar telah terikat dengan identitas pada
kesatuan kebudayaan. Suku bangsa ialah penggabungan sosial yang terbedakan
berdasar golongan-golongan sosial lain di karenakan memiliki ciri mendasar dari
hubungan asal usul dan tempat tinggal dan juga budaya yang ada di daerhanya.
Salah satu suku yang terdapat di
indonesia adalah suku batak.sedangkan suku batak itu sendiri adalah nama
sebuah suku di Indonesia. Suku tersebut kebanyakan bermukim di Sumatra Utara
& terkenal dengan etos kerjanya yang kuat.
Suku
batak juga memiliki 7 unsur kebudayaan yang membangun didalamnya seperti mata
pencaharian, sistem kekerabatan, sistem pengetahuan, bahasa, sistem religi,
kesenian, dan sistem kemasyarakatan.
3.2
Saran
Berdasarkan dari makalah ini terdapat banyak informasi
yang terkait mengenai suku batak, akan tetapi sumber yang terlalu banyak sangat
menyulitkan dalam pengumpulan data. Semoga dengan selesainya makalah ini akan menjadi bahan motivasi untuk penyusun mencari
tahu lebih jauh lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Kuntjaraningrat. ANTROPOLOGI BUDAYA. Jakarta: PT.
Gramedia.2009.
Soekanto, Soerjono. SOSIOLOGI
Suatu Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.2005.
Comments
Post a Comment